Halaman

Kamis, 11 Oktober 2012

MENGHIANGKAN BUDAYA MENYONTEK DI KALANGAN REMAJA

HEY,,,,,
Para Remaja , selamat buat para remaja yang berusan telah menempuh UTS (tes tengah semester). Hayo gimana rasanya ? senang, sedih, atau gaulnya lagi galau. Yang lagi degdegan nunggu hasil uda santai aja. Gak usah alay hahaha, biyasa aja kayak nunggu hasil ulangan aja.
Yap gimana ni cerita kalian sewaktu menempuh UTS ? pasti NYONTEK. iya kan ...... (essstt dalam hati haha). MENYONTEK kebiasaan buruk yang selalu kita lakuin sewaktu kita ngejalani tes. Remaja sekarang selalu bilang "MENYONTEK" adalah .......
1. Cara yang kita lakuin sewaktu pikiran kita uda KEPEPET
2. Menyontek itu suatu usaha
3. Sewaktu kita gak percaya diri
4. Bener-bener gak tau apa yang harus di jawab pada saat itu
5. Gara-gara gak belajar jadi ngandelin Nyontek deehh !!!
Kebiasaan buruk yang sudah menjadi rahasia umum ini seakan menjadi “budaya” dan sesuatu yang sah dilakukan, ketika dunia pendidikan kita menerapkan sistem Ujian Nasional (UN) bagi standar atau ukuran kelulusan. Satu sekolah dianggap berprestasi jika banyak siswanya lulus UN, dan sebaliknya dianggap tak berprestasi jika siswa sekolah tersebut banyak yang tak lulus UN. SATU perilaku baruk yang kerap terlihat di kalangan sebagian pelajar atau mahasiswa kita, terutama pada setiap musim ujian atau ulangan, adalah kebiasaan menyontek.
Ya begitulah pemikiran remaja pada saat ini ! ya jujur aku si penulis sendiri juga TUKANG NYONTEK. (hehe) tapi bukan berarti kalau di setiap tes MENCONTEK. (enggak ya). Ya kalau emang bener-bener gak bisa ya uda pasrah (NGAWUR).
Setidaknya kita harus optimis BISA mengerjakan soal-soal tes. Jangan kita manjakan dengan menyontek. 
Faktor Penyebab “Menyontek” antara lain :
Baik yang sifatnya berasal dari dalam (internal) yakni diri sendiri maupun dari luar (eksternal) misalnya dari guru, orang tua maupun sistem pendidikan itu sendiri.
  1. Faktor dari dalam diri sendiri
    • Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu belajar.
    • Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.
    • Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
    • Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru/dosen.
    • Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.
    • Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan termasuk test/ujian.
    • Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.
  2. Faktor dari Guru
    • Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar.
    • Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
    • Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
    • Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan dengan mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.
  3. Faktor dari Orang Tua
    • Adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.
    • Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak
  4. Faktor dari Sistem Pendidikan
    • Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap terjadi one way yakni dari guru untuk siswa.
    • Muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar/siswa menganggap rendah dan mudah setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan pembodohan karena kebosanan.

    Cara-cara menyontek :

    1. Membuat kertas contekan (kepe’an). Bentuknya bermacam2 ada yang berbentuk kertas kecil yang digulung atau dilipat, sampai kertas kecil dan panjang yang dilipat-lipat. Perkembangan terbaru yang pernah ada yaitu foto copy catatan yang sudah diperkecil skalanya, dan kertas yang telah diketik dengan komputer dan di print dalam ukuran sangat kecil dan rapi.
    2. Membuat catatan kecil di telapak tangan, ini adalah cara kuno tetapi kadang masih diterapkan. Cara ini biasa dilakukan untuk mencatat suatu catatan penting yang susah dihafal misalnya rumus atau suatu point penting yang rumit untuk dihafalkan. Kebanyakan cara ini kurang efektif karena informasi yang dituliskan belum tentu keluar saat ujian dan keterbatasan telapak tangan yang hanya dapat menampung sedikit tulisan.
    3. Membuat atau menulis catatan kecil dibangku atau meja ujian. Ini juga adalah cara kuno yang dilakukan oleh siswa saat ujian dan paling umum dilakukan oleh pelajar di Indonesia. Buruknya pengawasan terhadap tata tertib dan kerapian di kelas membuat meja dan bangku terlihat jorok dengan berbagai tulisan hasil karya siswa. Banyaknya coretan2 di bangku dan meja ini menyamarkan contekan siswa saat ujian.
    4. Membawa buku catatan atau buku paket kedalam kelas. Ini adalah cara menyontek yang paling ekstrim namun bila berhasil diterapkan akan sukses besar, ya jelas aja karena semuanya ada di buku. Tetapi cara ini paling jarang digunakan kecuali oleh siswa yang master mencontek dan umumnya agak bandel di kelas. Hal yang menunjang untuk melakukan ini adalah meja ujian yang memiliki sorokan/kolong yang lebar dan tidak nampak. Posisi duduk juga mempengaruhi dalam pelaksanaan misi rahasia ini.
    5. Bekerja sama dalam menjawab soal ujian. Hal ini membutuhkan kekompakan yang baik diantara siswa. Dalam pelaksanaannya biasanya mereka merancang kode-kode untuk saling berkomunikasi, misal jawaban A pegang hidung, Jawaban B garuk2 kepala, Jawaban C batuk.. dan banyak trik lainnya.
    6. Melirik jawaban teman sebelah. Cara ini paling gampang diterapkan dan paling lazim digunakan, tetapi ini tidak boleh dilakukan dalam waktu yang lama karena akan membuat mata pelaku menjadi pusing sehingga kehilangan konsentrasi untuk mengerjakan soal berikutnya. Kelalaian dan kelengahan teman sebelah saat mengerjakan ujian membuat kesempatan bagi siswa untuk melihat jawabannya.
    7. Membuat contekan di media HP atau BB. Cara ini jarang dilakukan karena susah untuk menerapkannya, disamping ukuran HP dan BB yang cukup mencolok, cahaya yang ditimbulkan dari layarnya juga mudah menarik perhatian. Selain itu sudah ada aturan yang melarang siswa untuk membawa HP saat ujian.
    8. Membawa contekan di WC. Cara ini agak kurang efektif karena hanya bisa dilakukan dalam waktu yang singkat dan tidak bisa sering karena bakalan mencurigakan. Kalau terlalu sering pengawas akan curiga karena sering izin ke belakang.                                                         
     
Yang lebih penting adalah cara menghingkan budaya MENYONTEK :
1. Bentuk kepedulian orang tua tanyakan mengapa anak mencontek, jawaban anak anda menjadikan anda dapat besikap dan bertindak, selalu selidiki perkembangan pola belajar anak anda sebagai usaha pencegahan.

2. Tolonglah anak anda untuk menemukan jalan keluarnya dan memberikan motivasi, jika anak merasa tidak siap untuk menghadapi tes dan merasa takut gagal.

3. Memberi bantuan dan bimbingan pada anak anda dalam belajar di rumah sebagai sarana komunikasi pemberian nasehat.

4. Orang tua memberikan penjelasan tentang keburukan mencontek.

5. Katakan kepada anak anda bahwa sebuah nilai B dapat diterima jika hasil dari usaha terbaik dan mengerjakannya dengan kejujuran.

6. Jika menurut anda kemampuan anak anda di bawah standar, maka carilah bimbingan belajar lain terlepas dari bimbingan yang anda berikan sendiri.

7. Jika anak anda ketahuan mencontek, tindakan anda adalah tidak menghukum atau mengejek anak anda namun berilah kesempatan anak anda untuk bertanggungjawab.

8. Pujilah anak anda atas usaha terbaiknya, hal ini berbeda dengan berusaha menjadi yang terbaik.

9. Orang tua atau pendidik sebaiknya selalu memperaktikan atau member contoh perbuatan yang baik, bisa juga dengan mengatakan bahwa “anda tidak meniru pekerjaan orang lain”

10. Bersikap tenang, jika anak anda mengakui perbuatan curang yang dilakukan karena kemauannya sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar